Rabu, 30 Oktober 2013

Nelayan Cemarajaya Menolak Bantuan Pertamina, Kenapa?

Nelayan asal Desa Cemara Jaya, Kecamatan Cibuaya, Karawang, menolak bantuan dari PT Pertamina PHE ONJW. Pasalnya, bantuan itu tak sesuai dengan keinginan nelayan. 
Bentuk bantuan itu, berupa fullboks yang merupakan tempat untuk wadah ikan.
Padahal kebutuhan nelayan yaitu jaring untuk menangkap ikan.
Yani Yohanes (46 tahun), nelayan asal Kampung Cemara 2, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, mengatakan, 10 hari yang lalu, Pertamina PHE ONJW yang punya sumur minyak di sekitaran perairan laut Jawa di Kecamatan Cibuaya, memberikan bantuan CSR.
Nilainya Rp 100 juta Dan dari bantuan itu, 35 persennya diperuntukan bagi nelayan."Namun, kami nelayan tak dilibatkan dalam urusan bantuan itu," ujar Yani.

Yani menjelaskan, pembahasan bantuan itu sebelumnya tak pernah melibatkan nelayan. Tiba-tiba saja,
ketua kelompok kerja pemberdayaan masyarakat pesisir (KKPMP)

memberikan bantuan sebanyak 72 unit fullboks Tempat ikan kapasitas 25 kilogram itu, diberikan untuk juragan kapal nelayan) serta tengkulak (bakul).
Padahal, bila sebelumnya nelayan dilibatkan, sepertinya bantuan fullboks itu tidak akan terjadi.
Sebab, nelayan lebih membutuhkan jaring ketimbang wadah ikan yang terbuat dari fiber tersebut.
Apalagi, selama ada kegiatan seismik Pertamina, jaring-jaring nelayan banyak yang rusak. Akibat,
terpotong dan rusak oleh kegiatan itu. 
Akan tetapi, ketika Pertamina memberikan bantuan melalui program CSR, ternyata bantuannya tak seperti yang diharapkan oleh nelayan.
Atas kondisi itu, nelayan Cemara Jaya menolak bantuan tersebut. Tapi, bukan berarti menolak bantuan
Pertamina. Justru, yang ditolak itu bentuk bantuannya. Serta, nelayan menginginkan ada transparansi anggaran.
 
Nelayan lainnya, Muridin (46 tahun), mengaku, sebenarnya nelayan Cemara tidak menolak bantuan Pertamina. Nelayan, namun sangat berterimakasih dengan adanya bantuan itu.
Justru, penolakan ini terjadi karena ketua KKMP.
sebelumnya tidak melibatkan nelayan. Jadi, bantuan ini tak sesuai kebutuhan. Selain itu,
tidak ada transparansi anggaran.

Kami juga pertanyakan, sisa anggaran pembelian fullboks ini. Sebab, yang ada hanya 72 unit.
Satu unitnya Rp 340 ribu dan bukti pembelian fullboks tersebut" ujarnya.
Dengan harga seperti itu, berarti anggaran untuk membeli 72 unit fullboks sekitar Rp 24,5 juta.

Padahal, dari Rp 100 juta dana CSR Pertamina, 35 persennya untuk nelayan. Jadi nelayan ingin ada
kejelasan soal sisa bantuan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar